Saatnya pelikmu jadi kelipmu
Hi Temanasa,
Bagaimana kabarnya?
Setiap hari kesehatan jiwa sedunia, aku selalu ingat waktu pertama kali aku praktik sebagai psikolog. Pertama kali bertemu klien yang ingin melukai dirinya, pertama kali bertemu dengan klien yang memiliki gangguan seperti schizophrenia, depresi, bipolar, borderline, dan dengan segala issue trauma yang mereka miliki. Pertama kali dengar dan melihat klien putus asa, menangis sesenggukan – bahkan ada yang satu sesi hanya menangis aja karena ia tidak sanggup bercerita. Pertama kali bertemu keluarga yang anggota keluarganya memiliki masalah psikologis, atau masalah fisik namun berdampak pada psikologisnya. Pertama kali juga melihat dan bertemu klien-klien yang mengglorifikasi issue kesehatan mental mereka, seneng banget gitu dianggap punya masalah psikologis. Padahal bagi teman-teman yang memiliki masalah psikologis, setiap hari yang mereka lalui adalah tantangan tersendiri.
Tapi ada kesamaan dari mereka semua yang datang konseling. Mereka ingin dan berusaha memahami diri mereka sehingga mereka menerima kondisinya. Mereka ingin diterima oleh lingkungan. Mereka tidak ingin dilihat sebagai orang yang berbeda dan kekurangan melainkan sebagai orang yang juga memiliki kelebihan dengan segala masalah yang mereka hadapi. Toh pada dasarnya kita semua punya masalah sendiri-sendiri kan.
Mendengarkan, didengarkan, menerima, diterima..bukanlah suatu perkara yang mudah bagi sebagian orang. Banyak stigma, banyak stereotipe yang sudah dipelajari sehingga sulit untuk menerima yang berbeda dari mereka. Padahal berbeda boleh lho dan memang tidak ada yang sama persis diantara kita semua.
Saatnya pelikmu jadi kelipmu. Saatnya kesulitanmu menjadi kekuatan untuk dirimu. Saatnya kamu menyadari apa yang kamu miliki dan terjadi pada dirimu, dan menerima itu sebagai sesuatu yang menjadikanmu unik. Tidak semua goresan itu membuat diri kita jelek, sebaliknya jika kita mampu menerima dan memahaminya maka goresan-goresan itu menjadi hal yang membuat kita semakin indah 🙂
All is well, dear temanasa.
Anna Deasyana, M.Psi, Psikolog