bt_bb_section_bottom_section_coverage_image

HURT PEOPLE HURT PEOPLE

September 30, 2024by compro

Tadi, setelah makan malam, aku sempat ngobrol dengan suamiku.
Apa ya awal obrolannya? Lupa sih awalnya tapi berujung pada ingatan aku tentang omongan orang yang membuat aku merasa tersakiti. Long story short, kami berdua membahas tentang mengapa ya omongan orang itu bisa nyakitin kita? Bahkan ada yang bisa bikin ribut panjang dan sakit hati. Ini seklumit hasil diskusi kami ya, temanasa.

  1. Yang orang-orang ucapkan ada truth-nya

loh jadi bener aku yang kayak orang bilang?” ya minimal itu kan yang mereka rasakan dan persepsikan. Pada kenyataannya apakah itu benar-benar benar, sesungguhnya kita perlu mengenal dan menerima orang lain lebih dekat.
Gimana maksudnya “…mengenal dan menerima orang lain lebih dekat”? Setiap orang itu punya latar belakang yang berbeda-beda. Latar belakang di sini merujuk pada setiap pengalaman yang orang tersebut alami. Pengalaman itu ada yang manis, asem, pahit, dan tentu dengan komposisi masing-masing yang berbeda-beda. Pengalaman ini tentu saja tidak seluruhnya kita bagi dengan orang lain, sehingga tidak semua orang tau. Sedangkan pengalaman ini yang seringnya menjadi dasar perilaku kita.

  1. Apa yang orang sampaikan banyak lapisannya.

Lapisan apa sih maksudnya? Lapisan emosi dan pemikiran. Salah satu lapisan ini pasti ada truth-nya tapi ada lapisan lain yang muncul di luar kendali. Nah hal-hal yang muncul di luar kendali itu ada yang berisi projection-nya orang tersebut. Some projection are positive but some are negative.

Prosesnya seperti ini nih kira-kira:
Waktu kita dengar omongan orang lain, secara tidak sadar kita menerjemahkan projeksi-projeksi ini dengan self-concept-nya kita.
gimana maksudnya ”…menerjemahkan projection dengan self-concept kita”?

kalau bicara self-concept maka bicara tentang seberapa paham kita tentang diri kita. Nah karena seringnya kita ga paham (well, bukan hal yang gampang juga sih paham tentang diri sendiri) makanya kita sering kejebak sama projection-nya orang lain. Istilahnya gampangnya baper…

3. Ada gap antara projeksi dia dan kita
Nah ini yang menentukan kita bisa paham komen orang itu atau ga.

Duh ini apalagi sih maksudnya, bestie?
Jadi kita kan tidak lepas dari proyeksi juga ya temanasa. Untuk bisa memahami komentar orang, seringkali kita perlu paham apakah kita terjebak dalam proyeksinya dia atau tidak. Contoh:
dulu aku pernah dapet komentar begini “apa sih yang suami lo suka dari elo? Muka elo biasa aja, pinter juga ya biasa aja, ya elo bisa masak sik tapi ya ga yang spesial juga rasanya ya.

Ketika dengar itu, respon aku tentu marah. Tapi marahnya aku pendam.
Saat ini aku sudah berdamai dengan itu dan bisa berpikir “ada apa ya dia sampai bicara seperti itu? Itu harsh banget lho..apalagi kita ga kenal dekat”

Sampai pada akhirnya aku bisa mikir gitu, ya cencu takes time. Tapi ya ternyata sampai juga di titik aku bisa melihat bahwa kalimat yang orang itu ucapkan padaku adalah proyeksi dia dari kehidupannya. Aku gatau ada apa dengan kehidupannya dia karena kami tidak dekat. Ketika kita bisa mulai membedakannya, maka kita mulai bisa melihat komentar orang dengan lebih jernih.

Hurt people hurt people. Orang yang memiliki pengalaman menyakitkan, cenderung lebih berpotensi menyakiti orang lain juga.

mari yuk berproses supaya kehidupan kita lebih damai. Tidak mudah terpancing dengan komentar-komentar orang lain yang mungkin banget detik berikutnya orang itu sudah lupa akan komentarnya, tapiiii kita perlu waktu lama buat memproses dampak komentar itu ke kita.

terus berproses ya temanasa. Keep swimming 🙂

Anna