Hi Temanasa,
Apa kabarnya? Ada cerita apa minggu ini?
Ngomong-ngomong, udah pada nonton film yang menang Oscar 2023 sebagai Best Picture alias Film Terbaik? Judul filmnya Everything Everywhere All at Once. Coba nonton ya..bagus banget filmnya. Ngomong-ngomong tulisan ini mengandung spoiler nih teman-teman, jadi buat yang belum nonton aku mau mohon maaf lahir batin dulu ya, tapi kalau bisa tetap dibaca ya (haha).
SPOILER ALERT
Inti filmnya mau ngegambarin tentang hubungan ibu dan anak perempuan yang emang complicated, kalau bahasa kerennya hubungannya itu penuh love and hate. Segitu complicatednya sampai digambarkan juga begitu rumitnya (digambarkan dalam berbagai universes dengan konflik di masing-masing universenya). Tapi emang segitu rumitnya hubungan ibu dan anak perempuannya? Jawabannya iya, rumit.
Rumit kenapa sih?
Nah untuk jawab ini lumayan panjang, nanti kita bahas pelan-pelan di tulisan berikutnya ya.
Yang pasti tidak semua keluarga, yang memiliki anak perempuan, memiliki hubungan ibu-anak perempuan yang harmonis bahkan lebih sering yang perang terus. Ekstrimnya ada yang sampai keluar dari rumah karena mau pergi dan menjauh dari ibunya. Ada yang segitu marahnya dengan ibu. Tapi memang perlu diakui, dari pandangan anak, ada perlakuan-perlakuan ibu yang bikin anaknya marah karena komunikasi antara kedua individu tidak lancar, atau memang ada faktor dominansi orang tua di dalamnya.
Hubungan aku sendiri dengan ibuku juga tidak harmonis dari dulu. Baru cukup konsisten harmonis sepertinya baru sekitar 5 hingga 6 tahun terakhir. Tetap ada berantemnya tapi udah tidak sekeras dulu. Masing-masing mulai ga gengsi untuk bilang “maafin aku ya, tadi aku …….”, sebelumnya ya damai karena waktu aja – ga ada ucapan maaf.
Terus rasanya gimana bisa cukup konsisten harmonis dengan ibu?
Karena sejak tahun 2002, aku cuma tinggal punya 1 orang tua yaitu ibu (karena ayahku meninggal) jadi hubungan yang harmonis ini ku rasakan cukup menyenangkan. Enak juga ya bisa ke salon bareng ibu, enak juga ya gosipan sambil makan tempe mendoan sama ibu, enak juga ya belanja dan belajar nawar sama ibu, enak juga ya saling tuker-tukeran resep, dagelan juga ya kalo lihat ibu seneng banget nonton tiktok atau youtube short. Hal-hal itu ga pernah terbayang sih sebelumnya.
Konflik boleh saja dan pasti terjadi, tapi yang ga kalah pentingnya adalah resolusi konfliknya. Ketika kita bisa memahami kenapa kita begini dan kenapa ibu begitu maka itu bisa jadi awal dari celah damainya mulai terbuka.
Mungkin ada Temanasa, ketika baca tulisan ini, ga berasa relate karena memang sudah tidak ada ibu, atau belum memiliki hubungan yang baik dengan ibu. Bagi yang sudah tidak memiliki ibu, semoga kalian tetap bisa merasakan kasih seperti yang ibu berikan ya 🙂 sedangkan bagi yang belum memiliki hubungan yang baik dengan ibu, selamat berproses ya. Ga cepet sih, tapi semoga masih bisa merasakan dan berbagi kesenangan bersama ibu ya 🙂
Enjoy the journey..
Anna Deasyana, M.Psi, Psikolog