Terbebas dari Masa Lalu
Hi Temanasa
Apa kabarnya? Masuk bulan Agustus artinya masuk bulan kemerdekaan kita. Merdeka, bebas dari penjajahan. Nah ngomongin bebas, aku teringat pertanyaan yang sering ditanyakan baik melalui webinar Amanasa, maupun dalam sesi konseling yaitu
“Mbak, bisakah aku terbebas dari masa lalu aku?”
Kalau menurutku, sebelum menjawab pertanyaan itu, kita perlu pahami dulu arti dari “bebas”. Bebas artinya lepas, tidak terbeban lagi, move on..atau bebas artinya melupakan..atau bebas artinya (menganggap) tidak punya masa lalu itu?
Kalau artinya (menganggap) tidak punya masa lalu itu, maka sebenarnya semakin sulit kita akan merasa bebas dari masa lalu. Begitu juga ketika artinya melupakan.
Tapi kalau artinya lepas, tidak terbeban lagi, move on, maka mungkin banget kita akan merasa terbebas dari masa lalu. Bukan artinya lupa atau denial, tapi sebenarnya kita siap untuk memproses masa lalu kita dan move on 🙂
Siap memproses artinya ga takut lagi ya? Atau artinya udah paham banget apa aja yang terjadi di masa lalu? Tentu tidak bestie.
Memproses itu artinya mengenal, mengeksplor, dan akhirnya bisa berdamai dengan masa lalu kita sehingga ketika kita bertemu dengan pengalaman itu lagi, kita bisa chill aja.
Kek gampang mbak ngomong gitu, tapi masa lalu aku berat lho?
Pastinya berat. Kalau ga berat atau kalau ga signifikan, maka kita ga akan segitunya juga buat selalu mengingatnya, memicu emosi-emosi tidak nyaman, atau bahkan sampai ga mau inget lagi.
Aku pun pernah mengalami prosesnya, sampai sekarang juga masih berproses. Yuk ikutan yuk, proses masa lalu mu. Ibarat selang air, memproses masa lalu itu kaya membersihkan kerak-kerak yang ada di dalam selang. Yang mungkin bisa menghambat kita untuk bisa berprestasi dan meraih masa depan yang lebih baik. Jadi ketika keraknya dibersihin, kita akan lebih lancar jalannya.
Terus artinya keraknya jelek banget ya? Enggak juga. Karena kalau gada kerak itu, kita mungkin ga aka jadi orang kaya diri kita saat ini. Sisi kita yang kreatif, sisi kita yang tahan banting, sisi kita yang bekerja keras, mungkin banget munculnya dari kerak-kerak itu. Jangan dihilangin sisi itunya, melainkan kita proses emosi-emosi yang ga nyamannya supaya sisi positif yang itu bisa semakin efektif kerjanya 🙂
Sampai ketemu di ruang konseling ya 🙂
Anna Deasyana, M.Psi, Psikolog