bt_bb_section_bottom_section_coverage_image

Amanasa 3

February 8, 2022by BoldThemes

Temanasa ada yang pernah nonton film judulnya We Bought a Zoo?

We Bought a Zoo di-release tahun 2011, ceritanya tentang suami yang baru ditinggal meninggal istrinya 6 bulan lalu dan sedang berusaha menata dan memulai kembali hidupnya bersama 2 anaknya. Menurut aku, filmnya bisa banget ngegambarin frustrasinya ayah yang mesti ngurus 2 anaknya. Satu sisi, sang ayah mesti bisa terus menafkahi keluarga kecilnya. Satu sisi lagi, mesti berperan jadi seorang ibu yang mesti bisa ngurus rumah, ngurus anak, nyiapin makan, dll.

 

Banyak banget nilai yang bisa diambil dari film itu. Salah dua-nya adalah resilience dan support. Resilience adalah daya lenting seseorang. Kalau orang itu jatuh, berapa lama waktu yang dia butuhkan untuk kembali bangkit. Semakin cepat bangkitnya, semakin tinggi resilience-nya. Sedangkan support adalah pendampingan yang diberikan oleh orang-orang sekitar. Bentuknya bisa macem-macem. Ada support

  • Emosional (melingkupi ekspresi empati, percaya, peduli, sayang termasuk memvalidasi emosi yang muncul), 
  • Informasional (melingkupi pemberian saran/masukan/pendapat dan informasi apapun yang membantu pemecahan masalah atau pembuatan keputusan), 
  • Instrumental (melingkupi pemberian bantuan nyata misalnya menawarkan bantuan yang melibatkan kerja fisik atau memberikan pinjaman finansial), dan 
  • Sosial (bentuk lebih luas dari ketiga kategori sebelumnya meliputi berada dan menjadi bagian dalam satu komunitas, memiliki teman, dll).

 

Resilience dan support termasuk 2 hal penting dalam sebuah keluarga. Orangtua perlu memiliki kedua nilai ini agar bisa menurunkannya ke anak. Anak perlu melihat dan belajar dari orangtua bagaimana kedua nilai ini diaplikasikan, khususnya ketika ada masalah yang perlu dipecahkan. 

 

Gimana caranya? 

Mulai dari belajar berkomunikasi yang baik di rumah. Belajar komunikasi asertif, belajar mendengarkan, dan kemudian belajar memecahkan masalah.

 

ah kayanya udah bisa kok. Tiap hari juga komunikasi.

Coba cek lagi. Komunikasinya udah asertif belum? Anak, pasangan, atau bahkan kita sendiri sudah bisa dan berani belum menyampaikan apa yang ada dalam pikiran kita tanpa ketakutan untuk menerima judgement

 

Coba cek lagi. Apakah sudah cukup bisa mendengarkan keluhan anak dan pasangan kita? Apakah kita sudah cukup meregulasi emosi kita saat di rumah sedang ada masalah?

 

kalau misalnya jawabannya belum. Izoke juga kok. Hal-hal tersebut bukan suatu hal mudah untuk dijalankan tapi pasti bisa kok dilakukan. 

 

Belajar lagi yuk. Jadi orangtua ga mudah. Jadi anak juga ga gampang. Masing-masing memiliki  pressure-nya sendiri-sendiri. Jangan patah semangat yaa.

 

Keep swimming, Temanasa

 

Anna Deasyana, M.Psi, Psikolog